Raphinha: Dari Hampir Menyerah hingga Calon Peraih Ballon d’Or

Ketika Raphinha berusia 18 tahun, ia hampir menggantungkan sepatu sepak bolanya. Cedera serius memaksanya keluar dari tim U-20 Avai, dan tidak ada klub yang menawarkan kesempatan untuknya. Pada saat itu, impian menjadi pesepak bola profesional tampak semakin jauh dari jangkauan.

Namun, dukungan dari ibunya menjadi penyelamat. “Menyerah bukanlah pilihan,” tegas sang ibu, sebuah pesan yang menyalakan kembali semangat Raphinha. Dengan keyakinan dan dorongan kuat dari keluarganya, ia memutuskan untuk kembali berjuang. Sepak bola, yang sebelumnya sekadar hobi, kini menjadi jalan hidupnya.

Dari Restinga ke Puncak Sepak Bola Eropa

Raphinha lahir di lingkungan yang keras, Restinga, sebuah kawasan di Porto Alegre yang terkenal dengan kemiskinan, kekerasan, dan peredaran narkoba. Banyak teman masa kecilnya terjebak dalam dunia jalanan, namun ia berhasil tetap fokus berkat dorongan keluarganya. Ibunya bekerja keras agar Raphinha bisa terus berlatih, membiayai kebutuhan sepak bolanya seperti sepatu dan transportasi.

Bermain sepak bola tanpa alas kaki di jalanan melatih kekuatan dan keterampilannya. Meskipun berasal dari latar belakang yang jauh dari gemerlap, Raphinha memiliki impian besar. Tidak seperti banyak bintang Brasil lainnya yang langsung bergabung dengan klub besar, Raphinha harus membuktikan dirinya di Eropa dari bawah.

Mengawali Karier di Portugal hingga Bersinar di Barcelona

Raphinha memulai karier profesionalnya di Portugal, bermain untuk Vitoria Guimaraes sebelum pindah ke Sporting Lisbon. Bakatnya sebagai pemain yang mampu mengubah jalannya pertandingan mulai terlihat. Penampilannya yang gemilang membuat Rennes, klub Prancis, tertarik dan merekrutnya. Di sini, Raphinha semakin menunjukkan potensinya.

Langkah besar datang ketika Marcelo Bielsa membawanya ke Leeds United dengan harga £17 juta. Di bawah asuhan Bielsa, yang terkenal dengan latihan intensifnya, Raphinha tumbuh menjadi pemain yang lebih tangguh dan matang secara taktik.

Pada 2022, Barcelona mengontraknya dengan harga awal £50 juta. Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Raphinha harus berjuang keras menembus tim utama di bawah pelatih Xavi. Ia lebih sering tampil sebagai pemain pengganti, dan ketika bermain, jarang menyelesaikan pertandingan penuh. Bahkan, Barcelona sempat mempertimbangkan untuk menjualnya demi mendatangkan Nico Williams.

Transformasi di Bawah Hansi Flick

Namun, segalanya berubah ketika Barcelona menunjuk Hansi Flick sebagai pelatih baru. Di bawah Flick, Raphinha mendapatkan lebih banyak peran dalam tim. Flick membantu Raphinha menjadi pemain yang lebih cerdas dalam mengambil keputusan di lapangan, dengan gaya bermain yang lebih efektif dan efisien.

Hasilnya, Raphinha kini memiliki catatan impresif: 24 gol dan 18 assist dalam 39 pertandingan. Ia juga berhasil mencetak gol di setiap laga Liga Champions musim ini. Tidak hanya menjadi pemain kunci di Barcelona, Raphinha juga menjadi pemimpin di dalam dan luar lapangan.

Ia terpilih sebagai kapten keempat Barcelona setelah Ter Stegen, Ronald Araujo, dan Frenkie de Jong. Ketika mereka cedera, Raphinha mengambil alih peran kapten utama. Di tim nasional Brasil, ia juga merupakan sosok yang dihormati. Pemain muda Lamine Yamal bahkan menyebut Raphinha sebagai mentor utama dalam skuad.

Disiplin dan Kerja Keras di Balik Kesuksesan

Kesuksesan Raphinha tidak datang begitu saja. Disiplin tinggi dalam menjaga fisik dan mental menjadi kunci. Ia menghindari kehidupan malam dan pesta, lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga atau berlatih. Ketekunannya dalam berlatih dan menjaga gaya hidup sehat membuatnya selalu siap memberikan performa terbaik di lapangan.

Dengan performanya yang terus menanjak, Raphinha kini menjadi kandidat serius untuk meraih Ballon d’Or. Jika Barcelona meraih kesuksesan di Liga Champions musim ini, tidak ada yang bisa meragukan statusnya sebagai salah satu pemain terbaik dunia.

Perjalanan dari jalanan Porto Alegre hingga menjadi calon peraih Ballon d’Or menunjukkan betapa gigihnya Raphinha dalam mengejar mimpinya. Dari hampir menyerah hingga mencapai puncak sepak bola Eropa, kisah Raphinha menjadi inspirasi bagi siapa pun yang bermimpi besar dan berani untuk tidak menyerah.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn