Setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Timnas Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki lini pertahanannya. Laga selanjutnya melawan Bahrain menjadi kesempatan penting bagi skuad Garuda untuk menunjukkan kemampuan mereka, terutama di sektor pertahanan yang menjadi sorotan utama.
Koordinasi Lini Belakang: Masalah yang Perlu Segera Diatasi
Kekalahan dari Australia mengungkap masalah serius dalam koordinasi pemain belakang. Kurangnya komunikasi dan reaksi cepat menjadi salah satu penyebab kebobolan gol yang berulang. Pemain sering kali terlambat menutup pergerakan lawan, memberi ruang bagi striker Australia untuk menciptakan peluang.
Aji Santoso, mantan pelatih Timnas Indonesia, menyebut bahwa koordinasi buruk di lini belakang menjadi kunci kelemahan. “Gol-gol kebobolan kita akibat para bek gagal mengantisipasi pergerakan lawan. Bek kiri kita sering terlambat turun untuk menghalau serangan,” ujarnya.
Untuk memperbaiki ini, latihan intensif dalam hal komunikasi dan kerja sama di antara para bek perlu ditingkatkan. Ini adalah kunci bagi Timnas Indonesia untuk membangun pertahanan yang solid melawan Bahrain.
Fleksibilitas Taktik: Perlu Penyesuaian
Strategi high defensive line yang diterapkan Patrick Kluivert saat melawan Australia terbukti tidak efektif, terutama karena sering meninggalkan ruang di belakang yang dimanfaatkan dengan baik oleh pemain lawan. Untuk menghadapi Bahrain, strategi pertahanan yang lebih fleksibel dan responsif, seperti mid block, perlu dipertimbangkan. Ini akan mengurangi risiko kebobolan akibat serangan balik cepat dan memberi waktu bagi pemain bertahan untuk bereaksi lebih baik.
Raja Isa, pengamat sepak bola, juga mengingatkan bahwa persiapan yang singkat menjelang laga kontra Australia turut berkontribusi pada hasil buruk tersebut. “Total football yang diperkenalkan Kluivert sebenarnya ide bagus, tetapi waktunya terlalu mepet. Persiapan taktikal dan pemahaman antar pemain belum matang,” jelasnya.
Menggunakan formasi 3-4-3 atau 5-4-1 saat bertahan dapat menjadi solusi jitu, memberikan kekuatan tambahan di lini belakang tanpa mengorbankan serangan.
Pemilihan Pemain: Penentu Kesuksesan
Dengan satu pertandingan sudah dijalani, Patrick Kluivert harus segera mengambil pelajaran dari laga kontra Australia, terutama terkait pemilihan pemain. Calvin Verdonk yang dimainkan sebagai bek tengah saat bertahan, tetapi bergeser menjadi full back kiri ketika menyerang, dinilai mengganggu keseimbangan tim. Sebaiknya, formasi dan pemilihan pemain lebih disesuaikan dengan kemampuan individu dan dinamika pertandingan.
Nathan Tjoe-A-On dan Rafael Struick mungkin bisa diberi kesempatan istirahat, sedangkan pemain seperti Eliano Reijnders dan Rizky Ridho yang tampil solid dapat dipertimbangkan untuk peran lebih besar. Di sektor penjaga gawang, meskipun Marteen Paes telah menunjukkan kualitasnya, pengalaman Emil Audero di Liga Italia bisa menjadi opsi berharga saat melawan Bahrain. Audero memiliki rekam jejak yang kuat dalam menghadapi tekanan, dan ini bisa menjadi faktor penting dalam pertandingan krusial nanti.
Kebugaran Pemain: Faktor Penting
Tidak bisa dipungkiri, faktor kebugaran pemain juga menjadi masalah besar dalam kekalahan melawan Australia. Mayoritas pemain baru saja tiba dari Eropa, dan kelelahan akibat perjalanan panjang jelas memengaruhi performa di lapangan. Oleh karena itu, menjaga kebugaran dan memulihkan stamina sebelum laga melawan Bahrain adalah prioritas yang tidak boleh diabaikan.
Optimisme Jelang Laga Melawan Bahrain
Dengan evaluasi menyeluruh dan perbaikan yang tepat, Timnas Indonesia masih memiliki peluang besar untuk bangkit dan meraih hasil positif melawan Bahrain. Dukungan penuh dari pelatih, staf teknis, dan para pemain senior akan menjadi kunci sukses di laga berikutnya. Kemenangan di pertandingan ini tidak hanya akan meningkatkan kepercayaan diri skuad, tetapi juga menjaga asa untuk lolos ke putaran berikutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Admin Admin
Share:
Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
On Key
