
Pusat Informasi Bola Terkini
Pelatih Juventus, Thiago Motta, tidak mampu menyembunyikan rasa frustrasinya setelah timnya dipermalukan oleh Atalanta dengan skor telak 0-4 di kandang sendiri. Kekalahan ini menjadi salah satu yang paling memalukan bagi Bianconeri, mengingat ini merupakan kekalahan terburuk di Allianz Stadium sejak tahun 1967.
Menurut Motta, kekalahan ini terjadi karena timnya kehilangan keseimbangan setelah tertinggal lewat gol penalti yang dieksekusi dengan sempurna oleh Mateo Retegui. Hal tersebut menjadi titik balik yang membuka jalan bagi serangan mematikan Atalanta, dengan Marten de Roon, Davide Zappacosta, dan Ademola Lookman menambah derita Juventus lewat tiga gol tambahan.
Penampilan Juventus yang mengecewakan terutama terjadi di babak kedua, di mana mereka gagal bangkit dan membuat sebagian besar suporter yang memenuhi stadion memilih meninggalkan tribun setelah gol keempat. Situasi mental pemain Juventus tampaknya runtuh setelah kebobolan pertama, yang menyebabkan Atalanta mengambil alih kendali pertandingan dengan mudah.
Thiago Motta: "Penalti Mengubah Segalanya"
Dalam wawancara dengan DAZN, Motta mengakui bahwa timnya kesulitan menjaga fokus setelah gol penalti lawan. Meskipun sempat menguasai bola lebih dominan, Juventus gagal menciptakan peluang yang cukup berbahaya dan justru dihukum oleh serangan balik efektif dari Atalanta.
Setelah itu, kami terburu-buru mengejar gol penyeimbang, yang justru membuat kami kehilangan keseimbangan di lini belakang,” ujar Motta dengan nada kecewa.
Gol penalti Retegui memang menjadi kunci pembuka kelemahan pertahanan Juventus. Terlalu fokus untuk menyerang, Juventus lengah dan terbuka untuk serangan balik cepat yang menjadi ciri khas permainan Atalanta. Alhasil, mereka harus rela melihat Atalanta meraih kemenangan terbesar mereka di Turin.
Kekalahan Terburuk Sejak 1967, Namun Tak Seburuk Lawan Empoli
Kekalahan ini tercatat sebagai yang terburuk bagi Juventus di kandang dalam kompetisi Serie A sejak Oktober 1967. Meski begitu, Motta menolak menyamakan kekalahan ini dengan kekalahan Juventus dari Empoli yang membuat mereka tersingkir dari Coppa Italia.
Menurut Motta, meskipun hasil melawan Atalanta mengecewakan, kekalahan dari Empoli jauh lebih menyakitkan karena mengakhiri perjalanan mereka di Coppa Italia. Namun, ia tetap menyoroti bagaimana kesalahan taktis dan mental dalam pertandingan melawan Atalanta menjadi faktor utama kekalahan ini.
“Kekalahan dari Atalanta jelas mengecewakan, tetapi berbeda dengan kekalahan dari Empoli. Di sini, kesalahan taktis yang membuat kami lengah. Kami harus belajar dari pengalaman ini dan terus maju,” tambahnya.
Brilian Gasperini: Mantan Mentor yang Kini Menjadi Lawan
Pertandingan ini juga menjadi momen menarik bagi Thiago Motta, yang pernah dilatih oleh Gian Piero Gasperini saat di Genoa. Sayangnya, kali ini ia justru menjadi korban taktik brilian mantan mentornya tersebut. Gasperini mampu meracik strategi yang membuat Atalanta tampil dominan, terutama di babak kedua, dengan memanfaatkan setiap celah yang ditinggalkan Juventus.
“Kami tahu betul kekuatan Atalanta dalam serangan balik. Namun, sayangnya kami tidak bisa menjaga keseimbangan setelah kebobolan gol pertama,” ujar Motta saat menyoroti keefektifan Atalanta.
Harus Bangkit: Fokus Laga Selanjutnya
Kekalahan telak ini membuat Juventus semakin tertinggal dalam perburuan gelar Scudetto. Namun, Thiago Motta tetap optimis dan berharap tim mudanya bisa belajar dari kekalahan pahit ini. Ia juga menegaskan bahwa mereka harus segera bangkit dan fokus menghadapi Fiorentina di pertandingan selanjutnya.
“Kami harus bangkit dari kekalahan ini dan melanjutkan perjuangan. Tim ini masih muda, dan saya yakin mereka akan belajar dari pengalaman ini,” pungkas Motta dengan nada optimis.
Meski kekalahan ini menjadi pukulan berat bagi Juventus, Motta yakin bahwa timnya masih punya potensi besar untuk berkembang dan bersaing di papan atas Serie A. Kini, semua mata tertuju pada bagaimana Juventus akan merespons dan memperbaiki diri di laga-laga mendatang.